Kepemimpinan Transformasional

 




Sangat menarik untuk dibicarakan istilah kepemimpinan dan bahkan Kepemimpinan Transformasional. Istilah “kepemimpinan transformasional” bukanlah sebuah hal baru; istilah ini diciptakan oleh James MacGregor Burns pada tahun 1978, namun baru dikenal luas dalam beberapa tahun terakhir. Kepemimpinan transformasional atau transformational leadership adalah sebuah gaya kepemimpinan yang mengidentifikasi perubahan yang diperlukan, menyusun visi yang akan membuka jalan bagi perubahan yang dibuat dan melaksanakan rencana yang diperlukan agar perubahan tersebut terjadi. Sangat mudah untuk melihat mengapa gaya kepemimpinan ini penting dalam dunia yang senantiasa berubah saat ini.

 

Karakter para pemimpin transformasional

 Visioner

Pemimpin transformasional haruslah visioner, agar dapat memprediksi kondisi yang ideal bagi perusahaan mereka sebelum merencanakan perubahan untuk mencapai visi tersebut. Untuk mengembangkan suatu visi bagi perusahaan mereka, para pemimpin transformasional harus memiliki pola pikir optimis tentang perkembangan industri, dan terus-menerus menganalisis bagaimana perkembangan tersebut dapat berdampak pada industri dan perusahaan mereka.

  Menginspirasi

Perubahan dalam perusahaan tidak dapat diterapkan secara paksa, karena metode ini membutuhkan adanya pengawasan konstan, yang berarti terbuangnya sumber daya dengan sia-sia. Perubahan harus dilakukan dengan disertai perubahan pemikiran, pola pikir, dan perilaku secara bertahap. Inilah alasan mengapa pemimpin transformasional harus dapat menjadi inspirasi; memberikan teladan yang etis, empatis, tulus, optimis, serta berwibawa. Dengan menunjukkan atribut positif tersebut, akan secara otomatis menginspirasi para pegawai yang berada di sekitarnya dan memudahkan terlaksananya perubahan yang diperlukan

 Kemampuan beradaptasi

Tujuan para pemimpin transformasional adalah untuk menciptakan perubahan yang positif. Oleh sebab itu, mereka harus dapat beradaptasi dengan lingkungan kerja yang dinamis. Mereka mencari cara untuk meminimalisir risiko yang dihasilkan dari berbagai implementasi dan perubahan baru, menjawab tantangan dari dinamika pasar yang baru, serta mencoba-coba berbagai metode untuk melakukan tugas-tugas tertentu demi kemajuan perusahaan.

Berpikiran terbuka

Untuk dapat menerapkan perubahan, harus ada penerimaan nilai-nilai dan prosedur baru terlebih dahulu. Para pimpinan dituntut untuk memiliki pemikiran terbuka terkait metode baru yang diusulkan. Para pimpinan harus berusaha untuk tidak bersikap konservatif atau skeptis; menunjukkan kemauan untuk mencoba merupakan suatu sinyal bagi para pegawai untuk berpiki;4ran terbuka pula, sebuah kekuatan ‘halus’ yang mendorong adanya inovasi dan perubahan dalam perusahaan.

 Progresif

Sesuatu yang transformasional melibatkan adanya perubahan dan peningkatan, atau pada dasarnya mengalami kemajuan. Oleh sebab itu, pemimpin yang memiliki tujuan transformasional haruslah bersifat progresif; bersedia menerima gagasan dan praktik terbaik industri yang akan meningkatkan standar perusahaan dalam berbagai aspek. Mereka tidak takut untuk menjajaki area-area baru, selama dinilai akan menguntungkan di masa depan.

Kepemimpinan sangat dibutuhkan oleh manusia karena adanya kebutuhan untuk memimpin dna dipimpin. Inti dari perilaku kepemimipinan adalah dalam pembuatan keputusan.

Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan transformasional pertama kali hadir pada tahun 1973 dalam studi sosiologis yang dicetuskan oleh penulis Downton J.V. Kepemimpinan transformasional memerika kontribusi terhadap konsep pemimpin yan paling aktual. Secara komprehensif telah merubah gaya kepemimpinan karena adanya perkembangan sosial, ekonomi, dan teknologi yang begitu cepat. Kepemimpinan transformasional secara konsep dan teori dipahami dalam pendapat Bass & Riggio (2006: 4) dalam pernyataannya “Transformational leadership involves inspiring followers to commit to a shared vision and goals for an organization or unit, challenging them to be innovative problem solvers, and developing followers’ leadership capacity via coaching, mentoring, and provision of both challenge and support”. Kepemimpinan transformasional bersifat menginspirasi pengikutnya dalam menjalankan visi dan tujuan organisasi. Pengikut diberi tantangan dalam memecahkan masalah secara inovatif serta mengembangkan kapasitas organisasi dengan melakukan pelatihan dan pendampingan. Organisasi harus memiliki berbagai dukungan dan tantangan agar semakin kreatif dan siap untuk menghadapi berbagai permasalahan.

Gaya Kepemimpinan Transformasional

Terdapat empat unsur yang mendasari kepemimpinan transformasional, yaitu (1) Idealized Influence – Charisma, yaitu memberikan wawasan serta kesadaran akan misi, membangkitkan kebanggaan, serta menumbuhkan sikap hormat dan kepercayaan diri pada setiap anggota. (2) Inspirational Motivation, yaitu menumbuhkan ekspektasi yang tinggi melalui pemanfaatan simbol-simbol dalam fokus terhadap usaha dan berkomunikasi dengan cara-cara yang sederhana. (3) Intellectual Stimulation, yaitu meningkatkan rasionalitas, inelegensia, dan pemecahan masalah. (4) Individualized Consideration, yaitu memberikan perhatian, membimbing, melatih, dan membina setiap anggota organisasi (Pidekso dan Harsiwi, 2001: 3). Dalam menciptakan sikap kepemimpinan transformasional yang sinergis, maka dibentuklah tujuh prinsip menurut Rees (2001), yaitu simplifikasi, motivasi, fasilitasi, inovasi, mobilitas, siap siaga, dan tekad. Kemampuan simplifikasi merupakan bagaimana seorang pemimpin dapat mengungkapkan visi secara jelas dan praktis untuk diimplementasikan. Pemimpin dengan gaya transformasional mampu memberikan fasilitas pembelajaran secara efektif dalam organisasi, baik secara kelompok maupun individu. Fasilitas akan berpengaruh pada kemampuan secara berani dan bertanggung jawab dalam memberikan perubahan atas tuntutan dari organisasi. Pemimpin transformasional harus bersikap sigap dalam merespon perubahan tanpa mengubah rasa percaya diri dan tim kerja yang telah dibangun. Pergerakan dari sumber daya yang ada dapat memperkuat dan melengkapi akan tanggung jawab dalam mencapai visi serta tujuan organisasi. Kemampuan oleh pemimpin tranformasional memiliki kemampuan untuk menyambut perubahan paradigma yang positif. Serta bertekad untuk menyelesaikan sesuatu hingga tuntas secara disiplin dan berkomitmen. Sebagai seorang pemimpin dengan gaya kepemimpinan transformasional, maka memiliki beberapa kualitas, yaitu :

  1. Sebagai Agen Perubahan
  2. Keberanian dan Optimisme
  3. Keterbukaan dan Kepercayaan Pada Pengikut
  4. Memimpin Berdasarkan Nilai
  5. Proses Pembelajaran Secara Terus menerus
  6. Visioner

Kepemimpinan Transformasional Kharismatik Ir. Soekarno

Seokarno dilahirkan oleh seorang Ayah bangsawan Jawa dan Ibunya seorang bangsawan Bali. Perpaduan darah dari kedua bangsawan ini nampaknya menumbuhkan pribadi yang disegani, berwibawa, berjiwa karakter yang kuat, dan berwatak cerdas. Presiden Soekarno merupakan bapak proklamator, seorang orator ulung yang dapat membangkitkan semangat nasionalisme bangsa Indonesia. Beliau memiliki gaya kepemimpinan yang sangat populis, bertempramen meledak-ledak, namun tidak jarang lembut dan menyukai keindahan.

Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Ir. Soekarno berorientasi pada moral dan etika ideologi yang mendasari negara atau partai, sehingga dapat konsisten dan fanatik yang cocok diterapkan pada era tersebut. Sifat kepemimpinan yang menonjol dari Ir. Soekarno adalah percaya diri yang kuat, penuh daya tarik, penuh inovasi dan inisiatif, serta kaya akan ide serta gagasan baru. Sehingga, pada puncak kepemimpinannya pernah menjadi panutan dan sumber inspirasi pergerakan kemerdekaan dari bangsa-bangsa Asia dan Afrika serta pergerakan melepas ketergantungan dari negara-negara Barat, yaitu Amerika dan Eropa.

Ir. Soekarno merupakan pemimpin yang kharismatik dan memiliki semanat pantang menyerah serta rela berkorban demi persatuan dan kesatuan kemerdekaan bangsa Indonesia. Soekarno termasuk dalam tokoh nasionalis dan anti-kolonialisme yang pertama, baik dalam negeri maupun untuk lingkup Asia, seperti negeri-negeri India, Cina, Vietnam, dan lain-lain. Tokoh-tokoh nasionalis anti-kolonialisme seperti inilah yang menciptakan Asia pasca-kolonial. Dalam perjuangannya, mereka harus memiliki visi kemasyarakatan dan visi tentang negara merdeka. Khususnya pada tahun 1920an hingga 1930an pada masa kolonialisme yang terlihat kokoh secara alamiah dan legal di dunia. Prinsip politik yang mempersatukan elit gaya Soekarno adalah “alle leden van de familie aan een eet tafel”, yaitu “semua anggota keluarga duduk bersama di satu meja makan”. Ir. Soekarno sangat memperhatikan asal-usul daerah, suku, golongan, dan juga partai.

Kepemimpinan Transformasional Pada Era Industri 4.0

Gaya kepemimpinan transformasional berlaku pada setiap industri. Kepemimpinan transformasional sangat efektif jika diterapkan dalam organisasi yang membutuhkan perubahan, baik secara aspek sosial maupun teknologi. Gaya kepemimpinan transformasional pada masa kini cocok diterapkan pada perusahaan rintisan atau startup, yang mana memiliki visi besar dan membutuhkan adaptasi yang cepat dengan perubahan industri. Akan tetapi, gaya kepemimpinan transformasional akan menguntungkan jika diterapkan dalam perusahaan yang memiliki teknologi yang intens serta berdinamika tinggi. Berbagai tren teknologi dan inovasi yang sangat cepat berganti akan dapat menyukseskan atau justru akan menghancurkan sebuah perusahaan IT jika tidak diperkuat dengan kepemimpinan transformasional.

Dalam gaya kepemimpinan transformasional, pemimpin bertindak sebagai coach atau mentor. Mentor dapat memberikan pelatihan dan motivasi pada setiap bawahanya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Melalui bimbingan secara insentif melalui gaya kepemimpinan transformasional, secara tidak langsung para pegawai di suatu perusahaan sedang diberi bekal untuk menjadi calon pemimpin selanjutnya. Karena, dengan menerapkan gaya kepemimpinan transformasional, akan merubah setiap anggotanya menjadi versi terbaik dari diri mereka sendiri.

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form