1. Angela Markel
Kanselir Jerman tersebut menjelaskan Revolusi Industri 4.0 adalah transformasi komprehensif dari keseluruhan aspek produksi di industri melalui penggabungan teknologi digital dan internet dengan industri konvensional.
2. Schlechtendahl
Sementara itu, Schlechtendahl mengungkapkan kalau Revolusi Industri 4.0 menekankan pada unsur kecepatan dalam menyediakan informasi. Semua entitas dalam lingkungan industri selalu terhubung dan akhirnya saling berbagi informasi.
Jadi menurut Schlechtendahl, Revolusi Industri 4.0 membuka peluang semua entitas dalam industri saling berkomunikasi secara real time. Semua itu bisa terjadi dengan pemanfaatan teknologi internet.
3. Kusmantini
Menukil dari tulisan Cisilia Sundari yang berjudul “Revolusi Industri 4.0 Merupakan Peluang dan Tantangan Bisnis bagi Generasi Milenial di Indonesia”dalam Prosiding Seminar Nasional dan Call Papers Fakultas Ekonomi Universitas Tidar,
Revolusi Industri adalah revolusi bisnis secara elektronik atau Electronic-Business.
Jadi revolusi tersebut merupakan teknologi baru dimana internet menjadi titik strategis dalam proses revolusi industri 4.0 terutama dalam berwirausaha.
4. Prasetyo dan Sutopo
Menurut Prasetyo dan Sutopo, Revolusi Industri 4.0 menggabungkan teknologi digital dan internet dengan industri konvensional. Tujuannya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan layanan konsumen secara signifikan.
5. Purnomo
Purnomo menjelaskan Revolusi Industri 4.0 merupakan lompatan besar di dunia usaha khususnya di bidang industri. Revolusi tersebut dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi secara penuh.
6. Kemper
Dalam tulisan Cisilia Sundari, Kemper menerangkan Revolusi Industri membuat perusahaan dapat menyediakan infrastruktur jaringan untuk industri internet.
Perkembangan Revolusi Industri 1.0 hingga 4.0
Pada masa dimana belum terjadi Revolusi Industri Pertama, manusia membuat barang dan jasa hanya dengan menggunakan tenaga manusia, tenaga hewan, tenaga air atau tenaga angin. Tentu saja semuanya memiliki keterbatasan, baik dalam hal jumlah yang dapat diproduksi, kecepatan produksi maupun efisiensi dan efektivitasnya.
Keterbatasan tenaga manusia atau hewan itu pada gilirannya tergantikan oleh tenaga air atau tenaga angin sebagai sumber energi dalam proses penggilingan. Namun tenaga uap dan angin pun juga memiliki masalah dengan tempat atau lokasi sumber tenaganya. Sumber tenaga tersebut cuma bisa didapat di daerah yang dekat dengan air terjun atau di daerah yang berangin saja.
Nah pada saat Revolusi Industri Pertama muncul, mulailah tercipta kondisi yang mempengaruhi banyak aspek kehidupan manusia. Akibat adanya perubahan dalam skala yang masif dan global itu, maka roses produksi atau jasa yang awalnya sulit, butuh waktu serta proses yang relatif lama, maka semua kendala itu dapat teratasi. Hanya saja, untuk itu sebagai konsekuensinya dibutuhkan biaya atau modal yang cukup besar agar dapat menjadikannya lebih mudah, lebih cepat, serta lebih murah dalam proses produksinya.
Revolusi Industri Pertama atau yang sering disebut juga dengan istilah Revolusi Industri 1.0 dimulai pada tahun 1776, yakni dengan diketemukannya mesin uap oleh James Watt. Meski bukan mesin uap pertama, namun kelebihan mesin uap James Watt ini memiliki efesiensi yang jauh lebih bagus dibandingkan mesin uap sebelum tahun 1776.
Mesin uap ini menggunakan bahan bakar kayu & batu bara. Sebagai bukti efisensinya, mesin uap ini dapat mentenagai kapal-kapal selama 24 jam full. Sejak diketemukannya mesin ini, negara-negara penjajah Eropa mulai melakukan pelebaran wilayah atau penjajahan di kerajaan atau kesultanan di wilayah Afrika & Asia. Selain penjajahan, dampak lainnya akibat penggunaan mesin uap yang masif untuk menghasilkan bermacam produk industri adalah tentu saja pencemaran lingkungan.
Selanjutnya masuk Revolusi Industri 2.0 di mana mulai tahun 1870 dilakukan proses produksi barang secara masal dengan menggunakan assembly line dan juga penggunaan energi listrik.
Kemudian muncul Revolusi Industri 3.0 sekitar tahun 1989, di mana komputer mulai hadir, sehingga berkembanglah otomatisasi industri dan manufaktur.
Setelah itu barulah masuk ke Revolusi Industri 4.0, di mana kegiatan manufaktur terintegrasi melalui penggunaan teknologi wireless dan big data secara masif, yang membuat pemanfaatan data lebih efisien dengan system server, mengintegrasikan keseluruhan kegiatan otomasi dalam satu sistem.
Teknologi Pendukung Revolusi Industri 4.0
Transformasi Digital dan Revolusi Industri 4.0
Revolusi Industri 4.0 juga erat kaitannya dengan istilah Transformasi Digital. Transformasi Digital sendiri diberi makna sebagai perubahan yang ditimbulkan sebagai akibat penerapan teknologi digital di seluruh aspek kehidupan masyarakat.
Sebuah organisasi atau perusahaan yang hendak melakukan proses transformasi digital mesti menyiapkan diri untuk menghadapi perubahan budaya sebagai konsekuensi penerapan teknologi digital. Karena berdasarkan sebuah survey, sebanayk 57% persen perusahaan di dunia sedang bertransformasi menuju digital. Namun dari jumlah sebanyak itu, sekitar sepertiganya mengalami kegagalan.
Kegagalan tersebut terutama disebabkan belum dipahaminya proses transformasi digital sepenuhnya. Sebab ia bukan hanya soal bagaimana membuat versi digital dari sebuah produk fisiknya, namun juga melingkupi perubahan perilaku konsumen, karyawan dan berbagai aspek budaya lainnya.
Terdapat 4 (empat) komponen pendukung suatu transformasi digital, yaitu: empowered employees, engaged customers, transformed products dan optimized operations
Tantangan dan Peluang Revolusi Industri 4.0
Saat ini berbagai macam kebutuhan manusia telah banyak menerapkan dukungan internet dan dunia digital sebagai wahana interaksi dan transaksi. Misalnya pada bidang sharing economy terdapat Airbnb, Swap.com, Zopa, Bcycle, BookMooch, Zilok.com, Zipcar, atau yang sedang banyak digandrungi para remaja adalah Netflix. Contoh di bidang edukasi ada Coursera, Audacity, Canvas Network, Edx, NovoED, Iversity, Open2Study dan Future Learn.
Di bidang e-goverment ada e-Governance, KlikDokter.com dan HealthTap. Di bidang Cloud Collaboration juga terdapat Google Drive, Dropbox dan Microsoft Office. Dan yang sedang tren saat ini tentu saja e-commerce, seperti Bukalapak, Shopee, Tokopedia dan lain-lain. Serta terakhir di bidang Smart Manufacturing terdapat Sculpteo dan 3D painting.
a. Tantangan atau Ancaman
Secara global era digitalisasi pada Revolusi Industri 4.0 akan menghilangkan sekitar 1 – 1,5 miliar pekerjaan sepanjang tahun 2015-2025 karena digantikannya posisi manusia dengan mesin otomatis (Gerd Leonhard, Futurist). Diestimasi bahwa di masa depan, 65% murid sekolah dasar di dunia akan bekerja pada pekerjaan yang belum pernah ada di saat ini (U.S. Department of Labor Report).
b. Peluang
Era digitalisasi berpotensi memberikan peningkatan net tenaga kerja hingga 2,1 juta pekerjaan baru pada tahun 2025. Terdapat potensi pengurangan emisi karbon kira-kira 26 miliar metrik ton dari tiga industri: elektronika (15,8 miliar), logistik (9,9 miliar) dan otomotif (540 miliar) dari tahun 2015-2025 (World Economic Forum). Oleh karena itulah keunggulan iptek di bidang teknik elektro, teknik mesin, teknik kimia, informatika dan bidang-bidang teknik lainnya menjadi penting untuk dikuasai oleh SDM Indonesia
Profesi di Era Revolusi Industri 4.0
Terdapat sejumlah profesi yang seksi dan menjanjikan di era Revolusi Industri 4.0. Berikut ini beberapa profesi tersebut: