Migrasi Generasi Klasikal Menuju Generasi Digital



Kita saat ini masuk kepada era revolusi industry 4.0,era serba digital dalam segala hal,mulai dari urusan dapur sampai urusan pendidikan dan pelayanan dalam segala hal,di bidang transformasi yang serba online,tidak ada lagi yang dinamakan susah dan sulit semua teknologi menawarkan fasilitas yang serba mudah dan memungkinkan. Begitu juga penulis kedudukan sebagai narasumber,sebagai fasilitator dan sebagai penulis,dimudahkan dengan hadirnya teknologi, juga sebagai arsiteknya di bidang pendidikan harus cepat beradaptasi dan cepat menguasai ilmu pengetahuan yang sudah berubah situasi dan kondisinya, widyaiswara tidak lagi menunggu jadwal mengajar secara klasikal tapi di tuntut untuk lebih pro aktif dalam beraktifitas dan berperan,harus mampu merubah mindset,pola pikiran kita yang klasik menjadi digital. Misalnya tahun tahun sebelumnya widyaiswara keahliannya dalam mentransfer sikap ,pengetahuan dan keahlian di kelas secara klasikal,bertatap muka secara langsung dengan para peserta,menyampaikan materi dalam bentuk slide ,bisa bersalaman secara langsung,bertanya secara langsung dan memberikan senyuman dan tawa serta canda secara alami,jangan harap kondisi seperti ini akan bertahan lama dan berlangsung lama,karena peralihan kebisaaan sudah beralih secara nyata ,dimana alat berinteraksi dan berkomunikasi antar individu dan antar kelompok sudah dengan menggunakan sebuah alat super canggih dengan menggunakan handphone,menggunakan gadget,menggunakan laptop dan peralatan lainnya yg serba canggih dan terhubung dengan jaringan internet yang memungkinkan terakses secara global.

Dengan adanya kecanggihan teknologi di bidang segala hal telah merubah sistem dan pola berkomunikasi antar manusia hanya dengan mengklik nomor handphone dimana lawan bicara kita yang bisa saja dekat ataupun jauh dapat dihubungi dengan begitu mudahnya dan berkomunikasi dengan suara yang jelas. Perkembangan alat komunikasi yang begitu anggih dan cepat telah merubah sistem dalam proses pengajaran di dunia pendiidkan. Proses pembelajaran sudah tidak lagi di dominasi dengan pertemuan secara langsung,tapi sudah bisa berkomunikasi bertatap muka secara langsung dengan menggunakan sebuah media teknologi dengan pemanfaatan aplikasi virtual meeting,komunikasi antara tutor dan peserta sudah tidak lagi di kelas, tapi di dunia maya, dunia maya adalah dunia yang aktifitasnya dengan menggunakan serba onlinedan serba internet. Kita saat ini dipaksakan untuk beralih kebisaaan dalam dunia pendidikan dikarenakan adanya pandemik menyebarnya virus covid -19 yang menyebar ke penjuru dunia, menyebar begitu cepat dan dahsyat mengguncang dunia dalam waktu yang singkat. Kejadian ini memaksakan seluruh umat manusia untuk tidak beraktifitas alias lockdown. Saat itu secara psikologi seluruh Negara sangat menegangkan karena hadirnya virus yang mematikan yang muncul dari Negara cina,wuhan. Kondisi dunia terasa mati, tidak ada aktifitas,mulai dari kegiatan di urusaan makan sampai urusan kepemerintahan,urusan pendidikan ,urusan perjalanan darat laut an udara semuanya berhenti, umat manusia menahan diri untuk keluar rumah dan berdiam diri di dalam rumah selama beberapa bulan di tahun 2020 ini. Sungguh sangat menegangkan dan sangat menyedihkan kondisi saat itu sebelum pemerintah memberlakukan new normal kepada seluruh wilayah Indonesia mulai dari sabang sampai merauke.

Kita tidak bisa berdiam diri dalam menghadapi kondisi ini,kita harus beradaptasi cepat dan menyesuaikan dengan peradaban baru yang begitu dahsyat. Ledakan teknologi yang hadir di muka bumi ini untuk memberikan kemudahan dalam segala hal. Kita saat ini suka tidak suka harus menerima kenyataan,dan kita tidak bisa menghindar dengan adanya perubahan yang merubah dan sistem di bidang pengajaran. Penulis adalah berprofesi sebagai pendidik dan pelatih para guru pegawai negeri yang sudah cukup lama menggelutinya, saat ini kegiatan yang kami lakukan sudah berubah dari cara klasikal menjadi digital,pertemuan di kelas sudah berubah dengan menggunakan virtual meeting. Perubahan saat ini sistem rapat dan sistem pembelajaran serta sistem-sistem lainnya telah berupaya untuk menggunakan teknologi online.

Dunia klasikal telah beralih pada dunia virtual, aplikasi zoom virtual meeting yang heboh digunakan untuk berbagai pertemuan untuk kepentingan rapat,seminar,dan pengajaran telah di buru dan di manfaatkan untuk upaya tetap eksis dalam beraktifitas bertatap muka tanpa kita harus bertemu secara langsung dan tidak saling bersentuhan. Mulai dari anak – anak ,ibu rumah tangga,para pekerja baik di pabrik pabrik maupun di perkantoran ,serta pertemuan kenegaraan dan aktifitas perkuliahan,para widyaiswara dan para guru,para pebisnis yang biasanya bertransaksi secara langsung, maka sekarang sudah berubah sistem pola penawarannya. Di bidang pendidikan dalam proses pengajaran di kelas semuanya sudah beralih dengan menggunakan pertemuan secara virtual meeting.

Menurut Komite Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan, Pendidikan dan Media Ada dua belas hal perlu kita pahami dan persiapkan bersama dalam menghadapi era globalisasi revolusi industry 4.0 sebagai berikut :

  1. Abad ke-21 membutuhkan sistem pendidikan yang berbasis keterampilan dan kompetensi berbasis kompetensi globalisasi, lebih kreativitas, memiliki pemikiran yang kritis, mampu kolaborasi dan komunikasi dengan komunitasnya, dan dapat menanggapi tuntutan Eropa untuk berinovasi pada bidang ekonomi bertaraf dunia, mempu mengatasi pertumbuhan ekonomi globalisasi dan cepat beradaptasi dengan pasar dunia tenaga kerja yang sangat kompetitif, dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat pada tingkat internasional.
  2. Dengan hadirnya Teknologi digital berbasis revolusi industry 4.0 maka memberiakn keuntungan banyak dan menawarkan banyak peluang yang kita akan dapatkan pada dunia tanpa batas yang belum pernah ada sebelumnya, memperkaya, dan dengan hadirnya banyak fasilitas aplikasi yang tercipta mengubah dunia pada sistem manajemen,sistem pembelajaran dan sistem multi media yang dapat menunjang perubahan sistem pendidikan yang klasik menjadi sebuah pembelajaran berbasis online dengan sistem pola pembelajaran e-learning dan virtual meeting, dan ini merupakan tantangan super baru dalam kancah di dunia pendidikan yang untuk memenuhi tantangan baru ini. Selain itu, teknologi informasi dan komunikasi (TIK) adalah alat utama untuk memfasilitasi akses yang adil dan inklusif ke pendidikan, menjembatani perbedaan pembelajaran, membuka perspektif baru bagi guru dan untuk profesinya, meningkatkan kualitas dan makna pembelajaran, dan meningkatkan administrasi pendidikan dan tata kelola.
  3. Diluar dugaan bahwa menurut Majelis di uni eropa bahwa sistem pendidikan di seluruh Eropa mengalami keterlambatan dalam proses beradaptasi dengan situasi dan kondisi globalisasi dengan banyaknya hal-hal baru dalam dinamika pengembangan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu cepat seiring perkembangan peradaban manusia yang sudah berubah baik dalam pola gaya hidup dan pemanfaatan teknologi yang serba online dan terakses pada antar sistem baik secara lokal,nasional maupun secara global. Menurut laporan Majlis masyarakat Europe bahwa , diperkirakan sekitar 44% orang dewasa di negara-negara anggota Uni Eropa (UE) keterampilan digital yang dimiliki masyarakat uni Europa belum memadai dan hampir 20% masyarakat uni Europa keterampilan digital dikatakan masih awam.Dalam menghadapi persaingan global maka mualai saat ini siswa-siswa di sekolah dilengkapi dengan fasilitas pembelajaran berbasis digital dan jumlahnya sekitar 20% sampai dengan 25% dan diajarkan oleh para gurunya dengan menggunakan teknologi pembelajaran di kelas. Kegelisahan para petinggi dewan eropa terhadap Kesenjangan harus cepat diatasi dan bila tidak cepat diatasi akan menjadi masalah baru dan bahkan akan lebih luas merambah ke wilayah Dewan Eropa yang lebih besar lagi.
  4. Penduduk asli digital adalah para Milenial yang berjumlah sekitar 50% hingga 80% yang didominasi oleh anak-anak sekolah merupaka generasi Y, tidak lagi menggunakan buku teks digital, perangkat pembelajaran berbasis lunak, atau game yang berkonten pembelajaran di sekolah. Meskipun demikian mereka sangat mahir dalam pemanfaatan dan penggunaan sarana pembelajaran yang berteknologi tinggi dan aplikasi media sosial yang sudah digunakan sebagai sarana berkomunikasi dengan dunia luar secara local maupun secara global, dan pada umumnya mereka para siswa-siswi ini sudah tidak perlu lagi belajar secara sistematis, karena pada umumnya merekas sudah sangat familiar dengan peralatan canggih ini dan menggunakan TIK ini sudah menjadi hal makan keseharian pada lingkungan akademik dimana mereka menimba ilmu.
  5. Proyek Pendidikan di europa yaitu menyiapkan sumber daya manusianya dimulai dari zona sekolah, harapannya dapat dukungan secara finansial untuk menyiapkan sarana dan prasarana teknologi yang berbasis digital dan berteknologi tinggi, proyek ini dipastikan sebagai persiapan dari sisi sdm yang dipersiapkan mampu bersaing secara global dan untuk memastikan bahwa pada tahun 2025 semua sekolah di Uni Eropa terakses secara pasti dengan jaringan broadband berkapasitas tinggi, dan harapan ini dapat dukungan sepenuhnya secara keuangan dari kepemerintahan Europa dan para petingginya. Anggota Dewan Eropa menyatakan tidak mendapatkan dukungan dari sumber daya dan struktur pendukung yang serupa. Majelis Parlemen prihatin bahwa kesenjangan yang substansial seperti itu berisiko terciptanya kesenjangan sosial baru di dalam dan di antara negara-negara Eropa sekitarnya.
  6. Di Eropa sudah banyak Negara yang menginvestasikan dananya untuk menyiapkan perangkat teknologi informasi dan komunikasi di setiap sekolah di Europa secara pasti. Majelis mengingatkan, bagaimanapun, bahwa investasi teknologi yang dilakukan tanpa mengintegrasikan TIK secara bermakna ke dalam proses belajar mengajar tidak akan menghasilkan transformasi yang diinginkan dalam pendidikan. Pergeseran paradigma utama diperlukan untuk memfokuskan kembali pendidikan dari transmisi pengetahuan ke penciptaan pengetahuan dan dari proses pengajaran guru ke proses belajar siswa. Pergeseran paradigma ini harus disertai dengan tujuan strategis yang didefinisikan dengan baik; peningkatan otonomi sekolah dan guru; pengenalan bentuk-bentuk pembelajaran hibrid baru di mana ruang belajar seluler, digital, virtual, sosial dan fisik bergabung; dan reformasi substansial dalam penilaian siswa.
  7. Dalam proses ini, kaum muda perlu dilengkapi dengan keterampilan dan kompetensi yang tepat untuk menjadi aktor yang efisien dan bertanggung jawab di dunia yang semakin digital. Majelis memuji lembaga-lembaga Uni Eropa untuk pekerjaan mereka dalam domain ini, dan khususnya untuk adopsi Rencana Aksi Pendidikan Digital Komisi Eropa pada tahun 2018 dan karena telah menyusun Kerangka Kerja Kompetensi Digital yang komprehensif untuk Warga dan Pendidik, yang bersama-sama menawarkan Model referensi-kedalaman untuk secara sistematis mempromosikan kompetensi digital.
  8. Penguasaan keterampilan digital harus dimulai dari usia paling awal dan berlanjut sepanjang hidup. Belajar tentang robot, coding, cybersecurity, blockchain dan kecerdasan buatan akan membentuk tulang punggung skema pendidikan dan pelatihan di masa depan. Pembelajaran aktif berbasis masalah yang mencakup berbagai bidang studi akan menguntungkan kreativitas dan inovasi. Majelis menekankan urgensi untuk menetapkan tingkat minimum kompetensi digital yang harus diperoleh siswa selama studi mereka dan kriteria untuk menilai mereka. Dalam hal ini, Majelis memuji Pedoman Dewan Eropa untuk menghormati, melindungi dan memenuhi hak-hak anak di lingkungan digital, yang memberikan panduan komprehensif di bidang ini, terutama mengenai promosi dan pengembangan literasi digital, termasuk literasi di media. dan informasi, dan pendidikan kewarganegaraan digital.
  9. Majelis menyesalkan bahwa, sementara bagian yang sama antara wanita muda dan pria muda merasa cukup terampil untuk menggunakan teknologi digital dalam kehidupan sehari-hari mereka, masih ada kesenjangan gender yang cukup besar dalam hal keterwakilan perempuan muda dalam TIK dan sains, teknologi, studi teknik dan matematika (STEM) dan karir. Majelis mengingat Resolusi 2235 (2018) "Memberdayakan perempuan dalam ekonomi", yang menekankan bahwa upaya yang lebih besar harus dilakukan untuk meningkatkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi oleh anak perempuan, dan memotivasi perempuan muda untuk mengejar profesi teknis, yang terakhir diperlukan untuk melepaskan potensi digital Eropa dan memastikan bahwa perempuan mengambil bagian yang sama dalam membentuk dunia digital.
  10. Transformasi digital menciptakan banyak tantangan untuk keamanan online dan kebersihan dunia maya. Penduduk asli digital sangat rentan terhadap berbagai bahaya; mereka terekspos khususnya tetapi tidak secara eksklusif, terhadap risiko bahaya dari eksploitasi dan pelecehan seksual, penindasan dan pelecehan dunia maya, indoktrinasi, ancaman keamanan siber, dan penipuan. Mereka perlu dilatih dalam pemikiran kritis dan literasi media. Adalah peran sistem pendidikan, media, dan pemangku kepentingan lainnya untuk membantu mereka menjadi warga digital yang kompeten dan bertanggung jawab baik dalam ekonomi digital maupun masyarakat digital. Dalam konteks ini, Majelis membayar upeti kepada proyek Pendidikan Warga Digital Digital Dewan Eropa, yang memberikan kompetensi yang membantu penduduk asli digital untuk terlibat secara positif dan kritis dalam lingkungan digital.
  11. Majelis sadar bahwa penggunaan berlebihan peralatan TIK dapat menyebabkan masalah yang berkaitan dengan kesehatan dan kesejahteraan, termasuk kurang tidur, gaya hidup dan kecanduan yang menetap. Oleh karena itu sangat penting, dalam desain kurikulum, untuk menyeimbangkan penggunaan ruang kelas sehari-hari dari peralatan teknologi dan TIK dengan latihan fisik dan pelatihan yang memadai. Ini juga penting dalam pendekatan yang berfokus pada peserta didik untuk pendidikan untuk mendorong kerja tiem, kontak pribadi antara siswa dan guru, dan untuk memprioritaskan kesejahteraan dan perkembangan anak-anak dan remaja yang sehat.
  12. Agar transformasi pendidikan dapat berhasil, guru, pendidik, dan pemimpin sekolah perlu dibantu dan dilatih dengan baik. Pelatihan mereka harus dilakukan pada dua tingkatan: pelatihan dalam TIK, sehingga keterampilan digital dapat ditransmisikan kepada siswa secara efektif, dan pelatihan dalam integrasi TIK ke dalam metode pengajaran sehingga teknologi digital tidak hanya menjadi tujuan tetapi juga vektor pengajaran di seluruh semua mata pelajaran. Pemerintah harus menemukan cara untuk melakukan investasi yang tepat dan berkelanjutan baik dalam pelatihan guru awal dan pengembangan dalam jabatan. Guru yang kompeten, percaya diri secara digital dan termotivasi dalam lingkungan yang mendukung reformasi adalah penjamin terbaik dari lingkungan belajar yang inovatif dan menarik. Untuk ini, guru harus dilibatkan secara efektif dalam desain dan pengembangan kurikulum dan mereka harus diberdayakan untuk menikmati otonomi untuk memilih dan beragam metode pengajaran, pendekatan pedagogis, pemilihan bahan ajar dan metode evaluasi.

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form