Tantangan Kurikulum Merdeka
Salah
satu tantangan utama adalah disparitas kondisi di berbagai daerah. Indonesia,
dengan keragaman geografis dan sosial-budayanya, memiliki sekolah dengan
fasilitas yang sangat bervariasi. Sekolah di perkotaan cenderung lebih siap
dalam mengadopsi kurikulum baru dibandingkan sekolah di daerah terpencil,
sehingga menimbulkan kesenjangan dalam kualitas pendidikan. Selain itu,
kesiapan guru menjadi faktor kunci dalam implementasi kurikulum. Guru dituntut
untuk memahami isi kurikulum sekaligus mampu mengaplikasikannya. Sayangnya,
pelatihan yang sering kali tidak memadai menyebabkan banyak guru kesulitan
menerapkan pendekatan dan metode yang diharapkan Dukungan teknologi juga
memberikan tantangan sekaligus peluang. Di satu sisi, kemajuan teknologi
memungkinkan pembelajaran menjadi lebih efektif dan relevan dengan era digital.
Tantangan
terbesar yang dihadapi oleh sebagian besar sekolah adalah keterbatasan
infrastruktur teknologi dan kesiapan guru. Banyak sekolah, terutama yang berada
di daerah terpencil, tidak memiliki infrastruktur yang memadai untuk mendukung
pembelajaran berbasis teknologi. Selain itu, meskipun ada pelatihan, banyak
guru yang belum sepenuhnya siap untuk menerapkan pembelajaran berbasis proyek
yang menjadi inti dari Kurikulum Merdeka.
Penerapan
kurikulum sangat penting bagi sistem pembelajaran di Indonesia. Tentunya pada
penerapan kurikulum akan ada tantangan tersendiri saat diterapkan pada sistem
pembelajaran, salah satunya sistem kurikulum merdeka. Kurikulum merdeka
merupakan salah satu kebijakan pendidikan yang dibentuk oleh Kementerian
Pendidikan Indonesia pada tahun 2020. Tujuan dari terbentuknya kurikulum
merdeka yaitu memberikan kebebasan pada sekolah agar dapat mengembangkan kurikulum
yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing sekolah.
Terlepas
dari alasan terbentuknya kurikulum merdeka, pada pelaksanaannya kurikulum
merdeka mengalami berbagai tantangan, yang dibahas pada penelitian ini. Pada
penerapan kurikulum merdeka banyak hal yang perlu dipersiapkan, seperti sumber
daya manusia, perangkat teknologi, dan prasarana sekolah yang mumpuni.
Kurikulum merdeka terbentuk sebagai kurikulum darurat yang diterapkan pada era
Covid-19 dan kurikulum ini dibentuk menjadi sistem asesmen yang lebih ringkas
dari kurikulum 2013. Assessment merupakan sistem penilaian yang diaplikasikan
pada kurikulum merdeka. Kurikulum merdeka hadir ditengah PJJ (Pembelajaran
Jarak Jauh), sehingga pembelajaran kurikulum ini mengedepankan kebebasan dalam
belajar yang membuat peran dan tugas guru semakin berkembang.
Pembelajaran
ini mengarah ke modernisasi dengan mengedepankan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, serta kreativitas dan improvisasi sangat digunakan pada
kurikulum ini. Peran teknologi dan kreativitas yang berperan penting pada
kurikulum ini membuat peran dan tugas guru harus mampu menciptakan proses
pembelajaran yang dapat memotivasi anak didik. Penerapan Kurikulum Merdeka
mendorong pendekatan pembelajaran berbasis proyek yang memungkinkan siswa lebih
terlibat dalam proses belajar melalui pengalaman praktis, sehingga
berkontribusi pada pengembangan kreativitas dan inovasi peserta didik dalam
menggali potensi masing-masing. Tantangan pada kurikulum ini, yaitu kurang
adanya pelatihan pada tenaga pendidik dan guru mengenai sistematika ajar
kurikulum ini. Kurangnya pelatihan pada tenaga pendidik dan guru membuat hasil
yang kurang memuaskan dari implementasi kurikulum merdeka.
Para
tenaga pendidik dan guru dituntut harus lebih antusias, aktif, berbakat, dan
inovatif yang membuat harus keluar dari zona nyaman mereka. Guru dituntut mahir
menggunakan teknologi dan dituntut dapat membangun kreativitas murid tanpa
memberi tekanan pada murid, sedang para guru dan tenaga pendidik kurang
mendapatkan pelatihan mengenai sistem kurikulum merdeka. Posisinya juga banyak
sekolah-sekolah yang masih belum mengerti sistematika pembelajaran kurikulum
merdeka. Sehingga banyak sekolah yang masih belum optimal dalam mengaplikasikan
kurikulum merdeka. Diperlukan adanya sosialisasi dan pendampingan intensif pada
sekolah-sekolah agar kurikulum merdeka berjalan secara optimal. Adanya
keterbatasan dalam waktu pembelajaran juga menjadi tantangan kurikulum merdeka.
Kurikulum merdeka menuntut murid, guru, dan sekolah untuk waktu pembelajaran
yang lebih fleksibel dan responsif pada kebutuhan pembelajaran, namun pada
realitanya pembelajaran ini memakan banyak waktu dibandingkan dengan kurikulum
sebelumnya.
Pembelajaran
yang dianggap fleksibel pada nyatanya malah membuat waktu pembelajaran yang tak
berkesudahan sebab pembelajaran juga tetap berjalan online meskipun tidak ke
sekolah. Peran orang tua juga penting pada proses pembelajaran kurikulum ini
untuk mendukung pembelajaran murid di rumah. Pada realitanya banyak orang tua
yang masih kurang peduli mengenai sistem pembelajaran anak mereka. Sangat
diperlukan adanya kerjasama peran orang tua dan guru untuk mendukung
pembelajaran murid-murid. Banyak guru yang menghadapi masalah saat menyusun
rencana pembelajaran untuk kurikulum merdeka. Guru diwajibkan memiliki
kecakapan dalam menggunakan teknologi sebagai metode pembelajaran.
Beberapa
guru menghadapi kesulitan dalam penggunaan teknologi, sebab kurang cakap dalam penggunaan
teknologi dan perlunya penyesuaian zaman untuk melakukan pembelajaran yang
efektif. Penggunaan teknologi juga diperlukan fasilitas teknologi yang baik
untuk menyokong pembelajaran, namun masih banyak sekolah yang belum memenuhi
syarat pada fasilitas teknologi terutama di daerah terpencil sehingga sistem
kurikulum merdeka tidak berjalan dengan baik. Kurangnya fasilitas sekolah,
seperti buku-buku dan fasilitas teknologi dapat menjadi hambatan pada
implementasi kurikulum merdeka. Agar kurikulum merdeka dapat berjalan dengan
lancar diperlukan kerjasama pihak sekolah dan juga orang tua untuk menjalankan
sistem kurikulum merdeka secara optimal. Peran negara juga diperlukan agar
sekolah di tempat terpencil dapat terjamah fasilitas yang baik dan menjalankan
kurikulum merdeka secara baik
Post a Comment