Rumus pertama adalah D yaitu delegating. Lembaga
Pendidikan harus mendelegasikan pada Sumber Daya Insani yang fokus mengurusi
Unit Usaha tersebut. Usaha itu ibarat bayi yang harus betul-betul dijaga dan
dirawat dengan baik. Ibaratnya kalau kyai yang mengurusi bisnisnya secara
langsung tanpa didelegasikan selalu berbenturan antara ngurus santri dan
bisnis. Terkadang bisnisnya maju tapi santrinya bubar, atau santrinya terurus
tapi bisnisnya ancur-ancuran. Memang tidak mudah mencari orang yang tepat atau
istilahnya the right man on the right place, tetapi harus dicoba. Kalau
memungkinkan pelajari ilmu perekrutan dan penempatan misalnya dari buku Gary
Dessler yang berjudul Human
Resource Management atau konsultasikan pada mentor atau konsultan
yang ahli di bidang manajemen sumber daya manusia. Paling tidak Pengasuh Lembaga
Pendidikan bisa menugaskan santri yang punya minat dan bakat wirausaha untuk
berkhidmah secara khusus fokus pada unit usaha.
Rumus kedua
adalah M yaitu marketing.
Setelah ada orang yang fokus mengurus, dilanjutkan pada memastikan tersedianya
pasar bagi produk unit usaha yang dijalankan pesantren. Marketing didahulukan
karena usaha Lembaga Pendidikan akan sia-sia jika tidak ada permintaan atau demand pada
produk atau pelayanan yang kita sediakan. Marketing itu berhubungan dengan
mengidentifikasi dan menghubungkan dengan apa yang dibutuhkan pasar atau customer. Tim
unit usaha Lembaga Pendidikan bisa mempelajari ilmu marketing manajemen dari
mulai membuat rencana dan strategi pemasaran, menganalisis lingkungan, meriset
pasar, menciptakan nilai bagi pelanggan, mengidentifikasi target dan segmen
pasar dan lain-lain. Bisa dengan mempelajari buku-buku Marketing
Management karya Philip Kotler misalnya atau menghubungi mentor dan
konsultan yang ahli di bidang tersebut.
Rumus ketiga adalah N yaitu networking.
Berjejaring dengan para pelaku usaha baik yang sama maupun berbeda dengan usaha
kita. Dalam bahasa agama yaitu silaturahmi. Civitas Lembaga Pendidikan sudah
sangat faham hikmah dari silaturahmi bisa menambah rezeki. Tinggal bagaimana
caranya agar jejaring kita bisa saling membawa manfaat dan maslahat satu sama
lain. Bergabunglah dengan komunitas bisnis Lembaga Pendidikan atau komunitas
bisnis lainnya karena biasanya banyak ilmu dan peluang yang bisa kita dapatkan.
Misalkan marketing kita berhasil namun ternyata kapasitas produksi kita belum
mampu memenuhi permintaan pasar, dalam konteks ini jaringan juga diperlukan
agar kita tidak mengecewakan customer.
Terkadang ada permintaan barang yang kita belum produksi, kita bisa memenuhi
permintaan tersebut dengan mencari supplier Lembaga Pendidikan yang ada dalam
jaringan kita. Jadi berjejaring itu bisa membuka dan menambah wawasan baru,
media promosi, dan sarana mendapatkan peluang baik dari sisi demand maupun supply.
Rumus keempat
adalah C yaitu capability,
meningkatkan kapabilitas dalam pengelolaan usaha atau bisnis. Salah satu pola
pikir yang membawa kesuksesan adalah terbuka untuk terus belajar. Jangan hanya
karena kita sudah jadi orang sukses lantas berhenti belajar, jangan hanya
karena sudah banyak santri kegiatan belajar pun terhenti justru seharusnya kita
semakin haus mencari ilmu, dalam konteks bisnis, baik kyai maupun santri yang
ditugaskan mengelola unit usaha Lembaga Pendidikan harus terus meningkatkan
ilmu bisnisnya agar kapabilitasnya pun terus meningkat. Indikatornya harus bisa
mencoret sikap "saya sudah tahu", mau menjadi pendengar yang baik dan
mau belajar pada ahlinya. Pelaku usaha Lembaga Pendidikan setidaknya harus
mengetahui manajemen keuangan, manajemen operasional, dan manajemen pemasaran.
Sukses itu adalah menggapai apa yang diinginkan, dalam kurun waktu yang
ditentukan, lewat usaha yang terukur. Sukses adalah gabungan motivasi,
pengetahuan dan implementasi. Motivasi yang tinggi pantang menyerah disertai
dengan ilmu dan amal akan menentukan kesuksesan unit usaha yang dijalankan
pesantren. Rumus DMNC hanyalah bagian dari ikhtiar yang paling penting adalah
eksekusinya. (jabar.nu.or.id)