Fakta Menarik Masjid Istiqlal yang Termegah ke-4 di Dunia

Masjid Istiqlal adalah salah satu masjid kebanggaan masyarakat Indonesia. Tidak hanya karena kemegahannya, tapi juga nilai historisnya. Satu hal yang penting lagi, Masjid Istiqlal tercatat sebagai masjid terbesar di Asia Tenggara.




Pada 1953, KH. Wahid Hasyim bersama H. Agus Salim, Anwar Tjokroaminoto dan Sofwan dan dibantu sekitar 200 tokoh Islam pimpinan KH. Taufiqorrahman mengusulkan untuk mendirikan sebuah yayasan. Kemudian pada 7 Desember 1954 didirikanlah yayasan Masjid Istiqlal yang diketuai oleh H. Tjokroaminoto untuk mewujudkan ide pembangunan masjid nasional tersebut.

Masih banyak hal menarik lainnya, berikut enam fakta menarik Masjid Istiqlal yang dirangkum

1. Masjid terbesar di Asia Tenggara

Pembangunan masjid ini diprakarsai oleh Presiden Republik Indonesia, Sukarno. Pemancangan batu pertama, sebagai tanda dimulainya pembangunan Masjid Istiqlal yang dilakukan Sukarno pada 24 Agustus 1951. 

Selain digunakan sebagai aktivitas ibadah umat Islam, masjid ini juga digunakan sebagai kantor berbagai organisasi Islam di Indonesia, aktivitas sosial, dan kegiatan umum. Adapun masjid Istiqlal yang ada di Jakarta ternyata masuk dalam daftar masjid paling besar di dunia.

Posisinya ada di urutan ke-4, sebelum Masjid Al-Haram yang berlokasi di Makkah dengan kapasitas 2 juta jamaah, kemudian disusul urutan kedua Masjid Nabawi di Madinah dengan kapasitas 1 juta jamaah.

Selanjutnya urutan ketiga masjid terbesar adalah Masjid Faisal berlokasi di Islamabad yang dapat menampung 300 ribu jamaah. Disusul Masjid Istiqlal yang berlokasi di Jakarta, Indonesia dengan kapasitas 120 ribu jamaah.

Tak hanya besar, Masjid Istiqlal juga sangat indah dan mewah. Pada 2020, revitalisasi Masjid Istiqlal mulai dilakukan dan menghabiskan dana sebesar Rp475 miliar.

2. Dibangun Selama 17 Tahun

Masjid Istiqlal yang megah selesai dibangun tujuh belas tahun. Dimulai pada tanggal 24 Agustus 1961, dan diresmikan penggunaannya oleh Presiden Suharto pada tanggal 22 Februari 1978, ditandai dengan prasasti yang dipasang di area tangga pintu As-Salam.

Namun memang pemancangan tiang pertama dilakukan oleh Presiden Sukarno pada 24 Agustus 1961 bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, disaksikan oleh ribuan umat Islam. Kemudian pelaksanaan pembangunan masjid ini tidak berjalan lancar. Sejak direncanakan pada tahun 1950 sampai dengan 1965 tidak mengalami banyak kemajuan.

Proyek ini tersendat, karena situasi politik yang kurang kondusif. Pada masa itu, berlaku demokrasi parlementer, partai-partai politik saling bertikai untuk memperjuangkan kepentingannya masing-masing.

Kondisi memuncak pada 1965 ketika meletus peristiwa G30S/PKI, sehingga pembangunan masjid terhenti sama sekali. Setelah situasi politik mereda, pada 1966, Menteri Agama KH. Muhammad Dahlan mempelopori pembangunan masjid ini.

Kepengurusan dipegang KH. Idham Chalid yang bertindak sebagai Koordinator Panitia Nasional Pembangunan Masjid Istiqlal. Biaya pembangunan diperoleh terutama dari APBN sebesar Rp7 miliar dan 12 juta dolar.

3. Daya Tampung

Mengutip dari situs Kemendikbud, Kamis (20/10/2022), bangunan megah Masjid Istiqlal memiliki daya tampung jemaah sebanyak 200.000 orang. Masjid Istiqlal memiliki tujuh pintu gerbang masuk ke dalam masjid. Ketujuh pintu gerbang itu dinamai berdasarkan Asmaul Husna.

Bangunan utama berdenah segi empat menghadap ke utara. Memiliki lima tingkat, di sebelah tenggara terdapat beberapa bangunan terbuka. Tinggi gedung utama sekitar 60 meter, sedangkan panjangnya 100 meter, dan memiliki lebar 100 meter Gedung utama masjid ini memiliki 2.361 tiang pancang.

Namun gedung utama masjid ini merupakan bangunan berlantai dua. Lantai pertama untuk perkantoran, ruang pertemuan, sedangkan lantai dua, untuk shalat yang terdiri dari ruang shalat utama dan teras terbuka.

Gedung utama masjid dengan ruang shalat utama mengarah ke kiblat, sedangkan teras terbuka yang luas mengarah ke Monumen Nasional (Monas). Masjid Istiqlal juga memiliki kubah besar, gedung pendahuluan, teras raksasa, koridor, menara, lantai dasar, dan berbagai sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan Masjid Istiqlal.

4. Bersebrangan dengan Katedral

Sesuai keinginan Presiden Soekarno kala itu, lokasi Masjid Istiqlal didirikan di atas bekas benteng Belanda Frederick Hendrik dengan Taman Wilhelmina yang dibangun oleh Gubernur Jendral Van Den Bosch pada tahun 1834 yang terletak di antara Jalan Perwira, Jalan Lapangan Banteng, Jalan Katedral dan Jalan Veteran.

Di taman warisan kolonialisme itu terdapat monumen pendudukan Belanda di Aceh dan Benteng Prins Frederik Hendrik yang tak terurus. Lokasinya jauh dari keramaian dan permukiman, banyak pohon rimbun di sekitarnya, serta ada pula dua aliran sungai di dekatnya.

Yuke Ardhiati dalam tulisan Bung Karno Sang Arsitek menyebut alasan lain Sukarno memilih lokasi ini. "Tak lepas dari ingatan masa kecil Sukarno semasa kecil yang sering bermain dan berenang di pinggir sungai." dikutip dari situs Indonesia Kaya, Kamis (20/10/2022).

Sementara Bung Hatta sempat mengusulkan lokasi pembangunan masjid terletak di tengah-tengah umatnya yaitu di Jalan Thamrin yang pada saat itu disekitarnya banyak dikelilingi kampung-kampung. Selain itu ia juga menganggap pembongkaran benteng Belanda tersebut akan memakan dana yang tidak sedikit.

Akan tetapi akhirnya Presiden Soekarno memutuskan untuk membangun di lahan bekas benteng Belanda. Oleh karena di seberangnya telah berdiri gereja Kathedral dengan tujuan untuk memperlihatkan kerukunan dan keharmonisan kehidupan beragama di Indonesia.

 

5. Jadi Daya Tarik Wisata

Masjid Istiqlal juga menjadi salah satu daya tarik wisata yang terkenal di Jakarta. Kebanyakan wisatawan yang berkunjung umumnya wisatawan domestik, dan sebagian wisatawan asing yang beragama Islam. Apalagi bangunan megah Masjid Istiqlal termasuk yang terbesar di Asia Tenggara, para pemimpin tokoh dunia terutama dari negara Musilim yang berkunjung ke Indonesia pun pasti menyempatkan datang ke Masjid Istiqlal.




Masyarakat non-Muslim juga bisa berkunjung ke masjid ini setelah sebelumnya mendapat pembekalan informasi tentang Islam dan Masjid Istiqlal, meskipun demikian bagian yang boleh dikunjungi kaum non-Muslim terbatas dan harus didampingi pemandu. 

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form