5 Fungsi Pendidikan Karakter di Era Digital

 


Pentingnya pendidikan karakter diera digital

Pengertian pendidikan karakter sendiri dapat dipahami dari tiap-tiap katanya secara terpisah. Pendidikan merupakan proses pembelajaran kebiasaan, keterampilan, dan pengetahuan manusia yang diteruskan dari generasi sebelumnya kepada generasi berikutnya. Sementara itu, karakter merupakan akumulasi watak, sifat, dan kepribadian individu yang mengarah pada keyakinan dan kebiasaannya dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa meninggalkan pengertiannya masing-masing, dapat dipahami bahwa pendidikan karakter adalah usaha yang terencana untuk membangun karakter individu agar nantinya menjadi pribadi yang bermanfaat baik untuk diri sendiri maupun orang banyak. Dengan banyaknya ujian dan godaan dengan kecanggihan teknologi, pendidikan karakter diharapkan dapat membentuk karakter seseorang sehingga memiliki dampak positif terhadap perkembangan emosinal, spiritulitas dan kepribadian seseorang.

1. Pendidikan Karakter Menjadi Benteng

Benarkah digital selalalu memberikan dampak positif? Jawabannya tentu saja tidak. Tetap ada sisi negative bagi mereka yang tidak bisa menggunakan digital secara bijak dan cerdas. Alih-alih mecerdaskan, justru menjatuhkan moral dan mendegradasi karakter. Apalagi jika orang tersebut adalah anak-anak dan remaja yang secara kemampuan kognitifnya belum sepenuhnya terbentuk.

Dampak digital yang begitu pesat dapat kita rasakan. Dalam satu menit saja, kita bisa melihat puluhan bahkan ratusan lebih informasi masuk. Informasi yang masuk dalam otak jika tidak dikelola dan tidak memiliki pengaturan emosi yang baik, dampaknya bisa menimbulkan perasaan negative. Pendidikan karakter akan menjadi benteng terhadap masuknya budaya-budaya negatif yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Anak-anak harus dilatih sejak dini, agar memiliki karakter yang kuat dan tidak mudah terbawa oleh arus negatif di era digital.

2. Mengurangi Terjadinya Overdosis Informasi Digital

Dampak overdosis informasi tentu saja akan mempengaruhi kemampuan diri untuk mencerna. Seperti kata Baron dan Byne bahwa manusia cenderung menangkap informasi negative daripada informasi positif. Dalam kondisi kognitif kita terbatas, atau ketika kapasitas memory kartu di otak kita terbatas, maka kita cenderung menangkap informasi negative daripada informasi negative. Itu sebabnya digital itu berbahaya bagi kaum millennial.

Kita tahu bahwa di era digital, informasi apapun bisa masuk. Tidak ada filter kecuali diri kita sendiri, untuk itulah pendidikan karakter diperlukan untuk mengurangi atau bahkan mencegah terjadinya overdosi informasi digital yang berbau negatif. Apa itu contohnya? Banyak, isu tentang radikalisme, paham-paham liberal, atau tayangan-tayangan yang kurang pantas untuk dipertontonkan.

3. Meningkatkan Jiwa Nasionalis

Pentingnya pendidikan karakter kelihatannya sepele, tetapi berdampak positif untuk pembentukan sikap. Setidaknya itulah yang saya yakini. Seseorang yang memiliki karakter yang baik, tentu saja seseorang mampu mengenali siapa dirinya. Tahu apa yang diinginkannya dan tahu apa tujuan hidupnya. 

Dengan kata lain, tahu identitas diri. Orang yang memiliki identitas diri pastinya memiliki ideology sendiri. Meskipun bagi anak-anak dan remaja sedikit sadar betul akan hal ini. Setidaknya, jika sejak dini sudah dikenalkan pentingnya pendidikan karakter, mereka lebih tahu dan memiliki filter pertahanan dari serangan digital di luar sana.

Pentingnya pendidikan karakter selain membantu dalam mengetahui jati diri, tentu saja mampu meningkatkan jiwa nasionalis. Orang ini sadar bahwa digitalisasi hanyalah sarana, bukan sebagai tujuan. Maksudnya, menggunakan digital sebagai alat untuk mencapai dan memudahkan apa yang dia harapkan. Ketika digitalisasi dan aksesorisnya sebagai alat atau sarana, tentu saja akan memanfaatkan digital termasuk media sosial dengan tujuan positif.

4. Mengetahui Sikap Yang Harus Ditunjukan

Pentingnya pendidikan karakter bagi anak-anak dan remaja, setidaknya setelah menyadari dan mengetahui akan hal ini akan memudahkan mereka untuk memudahkan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Seperti yang telah disinggung di paragraph di atas, bahwa seseorang yang telah mengenali diriinya sudah pasti memiliki tujuan dan tahu apa yang seharusnya ditunjukan.

5. Bijak Sebelum Bertindak

Sedikit anak-anak dan remaja yang bisa bersikap bijak sebelum bertindak. Tentu saja konteks dalam hal ini bijak dalam menyikapi digitalisasi. Orang yang berpengaruh besar yang menentukan seorang anak dan remaja bisa bijak pun tidak lepas dari peran keluarga dalam membangun karakter. Keluarga inti yang memiliki peranan besar menekankan pentingnya pendidikan karakter.

Jika sejak dini anak sudah diajarkan asertifitas dan mendapatkan kasih sayang secara cukup. Di dukung lingkungan pergaulan yang baik, mungkin saja ini bisa teratasi dan tidak terkontaminasi dengan arus informasi di dunia digital yang supersonic kecepatan. 

Kognitif anak bisa berkembang baik jika kita memberikan kasih sayang dan pendidikan yang tepat. Hindari menggunakan kata-kata keras atau mengomeli. Karena ketika anak atau remaja dibentak, setiap satu bentakan akan ada calon sel syaraf yang di otak mati.

Semakin banyak syaraf di otak mati, tentu saja bisa mempengaruhi proses berfikir anak dalam menyikapi permasalahan, termasuk masalah arus digitalisasi yang sekarang sudah tidak dapat dibendung sama sekali. Ketika banyak calon sel syaraf otak yang rusak, tugas kita menekankan pentingnya pendidikan karakter.


Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form